Kata orang, sabar itu ada batasnya. Saya setuju, sebab kalau tidak, maka pastinya dunia jadi lebih kacau daripada sekarang. Namun di lain pihak, orang yang panjang sabar juga dipuji dan dipuja. Ketika berpulang meninggalkan dunia, ia akan dikenang sebagai sosok yang bijaksana.
Nah, orang yang cukup sabarkah Anda? Ya atau tidak, sebetulnya Andalah yang menentukan. Setumpuk prestasi menjadi bukti keberhasilan orang-orang yang tidak sabar menunggu nasib. Sebaliknya, kesabaran juga banyak membuka jalan sukses bagi sebagian orang.
Sesabar-sabarnya orang sabar, suatu saat ia bisa “tersengat listrik” dan berubah menjadi tidak sabaran. Begitu pula orang yang tidak sabaran. Kalau hatinya sedang melunak, kesabarannya bisa membuat orang lain terharu. Kapan listrik itu datang menyengat, tak ada yang tahu.
Bagaimana? Apakah Anda sudah tidak sabar membaca akhir tulisan saya? Apakah Anda seperti diajak berputa-putar memikirkan hal yang tidak penting? Saat mulai menulis, saya pun tidak sabar untuk cepat-cepat selesai. Namun, adakalanya saya tidak bisa menakar seberapa banyak dibutuhkan kesabaran untuk suatu pekerjaan. Di tengah prosesnya, banyak saya temukan lontaran pikiran yang tak terduga. Saya pun yakin, di luar sana, ada banyak hal yang akan menjadi baik kalau dihadapi dengan kesabaran. Namun sekali lagi, sabar itu ada batasnya.
Sekarang, cobalah melihat ke dalam diri, apakah kita punya cukup persediaan sabar? Atau, apakah kita sendiri yang sering membuat orang lain tidak sabaran? Mari menilai diri sendiri sebelum menilai orang lain.
Published on Prevention Indonesia Magazine, Jan 2012