Friday, November 30, 2012

TERINGAT DIDI MIRHARD

Perkenalan pertama saya dengan AIDS terjadi lewat obrolan dengan almarhum Didi Mirhard.
Didi dikenal di kalangan remaja era 80-an sebagai model yang kemudian  terjun ke dunia tarik suara.  Lagu hit-nya yang berjudul “Renungan” selalu  mampu membuat suara saya tercekat kala menyenandungkannya. Didi berpulang dalam kondisi sakit. Namun, sebelum itu ia sempat mengabdikan diri sebagai pembicara dengan HIV/AIDS di forum-forum kesehatan. Ia ingin penyakit ini dipandang dan diperlakukan wajar layaknya penyakit lain tanpa harus disangkutkan dengan orientasi seks apalagi moral.
Saya merasakan kegetiran Didi, ketika bersama kawan-kawan duduk mengitarinya dalam jarak dekat di sebuah kantor LSM AIDS di Yogya. Didi termasuk generasi pertama orang Indonesia yang mengakui secara terbuka dirinya mengidap HIV/AIDS. Ini adalah sebuah langkah berani, mengingat pada pertengahan 90-an, penyebaran HIV/AIDS dianggap sebagai buah pergaulan kaum homoseksual. Padahal, virus penyebab hancurnya  daya tahan tubuh ini sama sekali tidak memandang apa orientasi seksual orang yang disinggahinya.
Sebaliknya, saya bersyukur bisa menjabat tangan Didi dengan eratnya. Sisa-sisa ketampanan masih terlihat di wajah tirusnya. Didi tertawa kecil saat menceritakan kalau dirinya diperlakukan bagaikan hantu, bukan hanya oleh kerabat jauhnya tapi juga para perawat di rumah sakit. Dari situ, saya tidak habis pikir mengapa sulit sekali masyarakat kita, bahkan pemerintah yang berkewajiban melindungi warganya, untuk mengakui dan menerima HIV/AIDS sebagai masalah bersama; bukan semata-mata masalah kaum gay, pekerja seks komersial, pelaku seks dengan  pasangan tidak tetap, ataupun pemakai narkoba suntik. HIV/AIDS tidak seharusnya disandingkan dengan urusan moral, sebab kita tak berhak menghakimi mereka. Bagaimana dengan istri-istri yang mendapat HIV dari para suami, lalu anak-anak yang mereka lahirkan?  Akankah kita mendeskriminasikannya atas nama  moral?  Mari renungkan…

Published on Prevention Indonesia Magazine, Dec 2011

No comments:

Post a Comment